Cowok di Gerbang Sekolah
Matahari
sangat terik ketika ku langkahkan kakiku meninggalkan sekolah. Bunda sudah
menungguku di depan gerbang sekolah. Jarak kelas ku dengan gerbang sekolah
cukup jauh, gerbang sekolah ada di area depan dan kelasku berada di area
sekolah paling belakang hingga di belakang kelasku tersisa tembok pembatas
antara sekolah dan rumah-rumah warga.
Ketika
aku sampai di gerbang sekolah tak ku lihat mobil bunda di manapun. Akupun
memutuskan untuk menunggu bunda sebentar sambil bersandar pada gerbang sekolah.
Sementara aku melamun tiba-tiba seseorang menegurku dan mengejutkanku.
“Belum
pulang?” tanyanya.
Aku
terkejut melihatnya. Dia cowok manis. Kulit hitamnya yang bersih dan senyumnya,
ia terlihat begitu manis menyapaku. Aku tersadar ketika ia menatapku menungguku
menjawabnya.
“Belum.
Bunda belum datang.” Jawabku mencoba untuk tidak tergagap karena detak
jantungku yang berdetak cepat.
“Perlu
aku temani?” tanyanya lagi.
“Tidak.
Terima kasih, sepertinya bunda datang tidak akan lama lagi.” Jawabku menolak.
Aku tidak mungkin menerima tawarannya menemaniku menunggu bunda hingga datang,
aku tidak sanggup ia berada di dekatku, mungkin saja 10 menit bersamanya aku
bisa saja pingsan karena jantungku yang berdetak cepat dan nafasku yang tertahan.
“Baiklah.”
Tak
cukup lama kepergian cowok itu bundapun datang. Selama perjalanan pulang aku
terus memikirkan kejadian tadi dan dengan bodohnya, aku lupa menanyakan
namanya. Besok aku akan bertanya pada Geby sahabatku, mungkin saja ia
mengetahuinya.
Keesokan
harinya setiba aku di sekolah, aku melihat Geby dengan wajah yang terlihat
sangat senang.
“Ada
apa? Kamu terlihat sangat senang.” Tanyaku pada Geby setelah duduk di
sebelahnya.
“Kak
Abiy menembakku kemarin. Aku menerimanya.” Ungkap Geby
“Kak
Abiy? Aku tidak mengenalnya, tapi ku ucapkan selamat buatmu, buat kalian.”
“Terima
kasih. Nanti aku kenalkan kamu ke dia.”
“Baiklah.
Oh iya, kemarin waktu pulang sekolah, aku bertemu seseorang. Dia menyapaku dan
menawarkan diri menemaniku menunggu bunda yang belum datang tapi aku menolak.”
Ceritaku pada Geby.
“Terus
ada apa? Aku tidak mengerti ke mana arah pembicaraanmu.” Kata Geby bingung.
“Aku
suka dengan dia. Dia sangat manis, kulit hitamnya yang bersih dan senyumnya
yang manis.” Ungkapku
“Benarkah?
Siapa dia? Namanya siapa?” tanya Geby antusias
“Aku
tidak tahu.” Kataku sedih
“Jangan
sedih. Aku akan membantumu mencari tahu. Jelaskan saja semua yang kau tahu
tentang dia padaku dan aku akan mencari tahu selebihnya.” Hibur Geby dan
menawarkan membantuku.
“Tidak.
Aku ingin mencari tahu sendiri.” Tolakku
“Baiklah.
Kalau butuh bantuanku jangan sungkan.” Kata Geby kemudian.
Waktu
untuk pulang sekolah tiba tapi kami terdiam di dalam kelas, terjebak hujan,
hanya Geby yang sudah menghilang. Katanya dia membawa payung dan akan pulang
bersama pacarnya, kak Abiy.
Aku
berdiri di depan kelas menengadahkan tanganku ke langit tak terjamah,
membiarkan air hujan mengenai telapak tanganku dan percikannya mengenai
seragamku. Aku sangat menyukai hujan. Hujan sedikit mereda aku berfikir untuk
tidak tinggal dan melangkah meninggalkan kelasku. Belum sampai aku di gerbang
sekolah, berjarak sekira 100 meter di depanku, ku lihat Geby dan kak Abiy
sedang tertawa di bawah satu payung berdua milik Geby. Namun bukan itu yang
menjadi perhatianku tapi cowok yang bersama Geby. Dia cowok di gerbang sekolah
hari itu, ternyata dia kak Abiy, pacar sahabatku.
~JL~
