Aku dengan caraku, karena aku berbeda. :)

Selasa, 29 September 2015

Completion Of The Hassle #2

Completion Of The Hassle #2
Aku memandangi mereka dengan segala kesedihanku, aku selalu bermimpi menjadi dia yang berada diposisi itu. Duduk bersamanya, tertawa, dan berbagi cerita bahagia. Aku ingin berada dalam rangkulannya dengan semua orang melihat dan tahu tentang kami yag saling memiliki. Tapi apatah daya takdir tak sesuai dengan apa yang diharapkan, perempuan dengan rambut hilam lurus, berkulit putih bersih, dengan mata hitam indah legamnyalah yang berada dalam posisi yang ku impikan, yang selalu mendengar sapaan “Gadisku” dari seorang laki – laki yang ku idamkan. Entah dengan alasan apa takdir baik tak pernah memihak kepadaku.
“Apakah kau akan terus melamun dengan muka masammu itu?” seseorang mengejutkanku dan aku berbalik melihatnya.
Aku tidak mengenali laki – laki yang sedang berdiri di hadapanku, ini pertama kalinya aku melihatnya.
“Apa kau mengenaliku?” tanyanya dan membuatku bertambah heran. Bukankah pertanyaan itu seharusnya dilontarkan olehku?
“Tidak. Apa kau mengenalku?” aku menggeleng dan balik bertanya.
“Ah, sudah kuduga. Tentu aku mengenalmu.” Jawabnya dengan menyilangkan lengan di depan dadanya.
“Bagaiman kau bisa mengenalku?” aku masih tidak mengerti dengan laki – laki bermata hijau indah di hadapanku ini.
“Ah lupakanlah. Namamu Andinda Rain Agimuzg kan?” tanyanya dan duduk di kursi sebelahku, aku mengangguk masih dengan kebingunganku.
“Baiklah namaku Alfrad Varsa Alfarado. Kau boleh memanggilku Varsa.” Katanya dengan senyum yang baru ku sadari mampu membuat siapapun melihatnya terdiam.
“Baiklah Varsa. Apa kau siswa baru?”
“Tentu saja, kau baru melihatku kan?” Aku mengangguk.
“Kelas mana?”
“Tepat disebelah kelasmu. Kau tidak tahu?” aku tidak tahu dia sangat suka balik bertanya.
“Tidak. Tidak ada gunanya mengetahuinya, lagipula kau tidak menghebohkan sekolah dengan kehadiranmu.” Jawabku mengalihkan perhatianku kembali dengan minumanku.
“Apa kau yakin?” dia masih bertanya, aku melihatnya sedang tersenyum dan mengangkat sebelah alisnya. Aku mengerutkan kening heran dan memasang muka tak mengerti.
“Kau masih saja sama. Lihat sekelilingmu.” Perintahnya.
Aku spontan melihat sekeliling dan betapa terkejutnya aku dengan semua orang atau lebih tepatnya perempuan yang ada di kantin sekolah sedang memperhatikanku. Oh tidak, mereka memperhatikan Varsa. Aku melihat ke arah Varsa yang tersenyum, tiba – tiba aku mendengar jeritan kecil dan samar – samar suara yang memuji senyuman Varsa.
“Kau sudah sadar dari dunia kesendirianmu?” aku mengangguk.
“Bagaimana bisa?” aku bertanya heran dan masih terkejut.
“Karena aku memiliki wajah tampan.” Jawabnya percaya diri.
“Oh ya ampuunn. Kau sangat percaya diri.” Kataku menggeleng terkejut dengan perkataannya.
“Tentu saja aku percaya diri, ini kenyataan. Aku memang benar – benar memiliki wajah yang tampan.” Aku berdecak mendangarnya.
“Terserah apa katamu.” Kataku dan kembali dengan minumanku.
“Hei,” dia menggenggam wajahku, “Aku disini untuk membantumu keluar dari kesendirianmu, aku akan menemanimu, dan kau tidak akan pernah sendiri lagi.” Ucapnya dengan mata hijaunya memandang ke dalam mata hitamku dan bersungguh – sungguh.
Aku menatap mata hijaunya yang bahkan mengalahkan hijaunya rumput di taman sekolah. Aku terpaku dengan matanya dengan bulu mata lentik melengkapi keindahannya. Aku begitu terhanyut dengan matanya hingga melupakan perkataannya.
“Rain, jangan memandangiku seperti itu. Bicaralah.” Aku tersadar.
“Aku tidak mengerti dengan ucapanmu.” Kataku jujur.
“Baiklah. Aku mengerti, kau terlalu mengagumi mataku hingga melupakan perkataanku.” Ucapnya yang membuatku tersedak dan malu karena tertangkap basah.
Dia berdiri mengambilkan minuman untukku karena milikku telah habis. Semua yang ada dalam kantin menatapnya kagum. Sepertinya takdir baik mulai berpihak kepadaku.
“Minumlah.” Perintahnya sambil menyodorkan segelas air putih. Aku menerimanya dan berterima kasih.
***
Dia sedang berbicara dengan siswa baru yang menggemparkan sekolah sejak pagi tadi dengan kehadirannya. Ini pertama kalinya aku melihat ada seseorang menyapanya dan bahkan bercakap lama dengannya di lingkungan sekolah ini. Dia dikenal dengan sikap diamnya dan kecerdasan yang dimilkinya. Aku memeperhatikan mereka, Rain terlihat beberapa kali bingung dan heran. Selain itu, Rain masih seperti biasanya, dia tidak memperhatikan sekelilingnya yang sekarang banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Tiba – tiba siswa baru yang ku tahu namanya dari Raras adalah Varsa memegang wajah Rain, aku sangat terkejut dengan keberanian Varsa, aku saja tidak pernah berbuat seperti itu.
Varsa terlihat sedang membisikkan sesuatu kepada Rain, tapi Rain tidak memperhatikan Varsa. Sepertinya Rain sedang menatap ke dalam mata Varsa, yang tak sengaja ku lihat tadi berwarna hijau. Aku tahu, pasti Rain sedang mengaguminya karena aku tahu obsesi Rain terhadap warna hijau.
Varsa kembali berbisik sesuatu dan Rain tersedak. Spontan aku ingin berdiri mengambilkannya minum, tapi aku terasadar dengan gadisku yang berada di sampingku. Varsa mengambilkannya segalas air putih dan menepuk bahu Rain yang masih terbatuk.
Seharusnya aku merasa senang dengan kehadiran Varsa, itu berarti jalanku untuk meninggalkan Rain semakin mudah dan aku tidak perlu khawatir dengan Rain lagi. Namun, aku tidak mengerti mengapa aku merasa berbeda, seharusnya aku bahagia tapi aku merasa lain. Seperti aku tidak rela atau apalah, aku tidak tahu. Perasaan apa ini?

***



Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar