Pertemukan Aku Tuhan
“Hi
selamat pagi” kata Viana dengan riang, setiba di sekolah
“Hi
Ina”balas sahabatnya Liana
“Ehhh…
Ana kamu sudah baikan” Tanya Viana.
Liana
baru saja sakit entah sakit apa ???
“sudah
ina, cuma demam biasa kok !!!”jawab Liana
“Ooo…”
kata Vina
Tidak
lama kemudian salah seorang sahabatnya lagi datang
“Hi
Ina, Ana. Selamat pagi” sapa Riana
dengan riang
“Hi
Nana” jawab Viana dan Liana serentak
Mereka
pun masuk kelas dan kebetulan mereka bertiga satu kelas juga.
Viana,
Liana dan Rina bersahabat sejak kelas 1 SMP (Sekolah Menengah Pertama). Awalnya
mereka sudah kenal sejak pendaftaran waktu itu Liana salah cara pengisian
formulirnya dan kebetulan Viana benar, Ayah Liana kemudian bertanya kepada Viana
di situlah mereka berkenalan. Dan pada saat MOS (Masa orientasi Siswa) ternyata
mereka satu ruangan lagi, hingga penetapan kelas mereka juga sama di kelas 7A
(1a) merekapun duduk bersama. Dan mereka bersahabat dengan Riana ketika masuk
kelas 7A.
Alvianata
Lailina atau yang biasa di sapa Viana
seorang gadis lugu, Pintar, Rajin, Baik, Jujur, Cedas, Ramah, Sopan, dan
Penyabar. Ia adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Kedua adiknya perumpuan,
adiknya yang pertama bernama Artianti Lailina atau yang biasa di sapa Tia sekarang
duduk di kelas 5 SD, dan adiknya yang
kedua bernama Arnianti Lailina atau yang biasa di sapa Nia sekarang duduk di
kelas 3 SD. Di antara tiga bersaudara Vianalah yang paling pintar, yah memang
yang lain juga pintar tapi tidak melebihi kecerdasan yang di miliki Vina. Ayah
mereka bernama Abdul Mahmud yang biasa di sapa pak Mahmud ini bekerja sebagai
guru di suatu SMP di Kabupaten Bantaeng dan Ibunya bernama Lailina Saputri atau yang biasa di sapa Ibu Lina bekerja sebagai
pegawai kantor Perpajakan.
Lianata
Andriana atau yang biasa di sapa Liana seorang gadis pintar sama dengan
sahabatnya, baik, Jujur, Sopan, dan pemurah. Ia adalah anak orang kaya, namun
kekeyaan yang di milikinya tidak membuatnya sombong malah dia sangatlah baik dan
pemurah dia selalu membantu orang membutuhkan pertolongannya. Liana adalah anak
semata wayang dari pasangan Abdul Hanif atau yang biasa di sapa pak Hanif
dia adalah seorang anggota DPR dan Ibunya bernama Sherin Andriana atau yang
biasa disapa Ibu Rina adalah seorang Dokter.
Riana
Budiawan atau yang biasa di sapa Riana seorang
gadis yang pintar, baik, ramah, sopan, dan rajin. Riana adalah putri
semata wayang dari pasangan Budiawan dan Ibu Karisma. Ayah Riana bkerja di
kantor Pertanahan dan ibunya seorang
guru di sebuah Sekolah menengah Pertama yang berada di Kabupaten Bantaeng.
Viana
biasa di sapa oleh kedua sahabatnya dengan panggilan Ina. Kemudian Liana dengan
panggilan Ana. Sedangkan Riana dengan panggilan Nana. Mereka bertiga bersekolah
di SMP Negeri 1 Bantaeng yang merupakan sekolah unggulan yang ada di kabupaten
Bantaeng.
Bell istirahat sekeloh ….
“Ina,
Ana. Istirahat yuk lelah ini” kata Nana
“lelah
bagaimana maksudmu, Na ???” Tanya Ana heran
“Aduuuhhh
Ana bagaimana sih masa kamu nggak tau ??? Tanya Ina
“Aduh
aku nggak tau, Ina !!!’ jawab Ana poloss
“Biasa
Ana, pelajaran IPS” jawab Ina
“Ooo…
yang itu, aku kira ada yang lain”kata
Yah itulah Riana ia tidak menyukai pelajaran
IPS entah karena apa ???
“Nana,
kenapa sih kamu nggak suka pelajaran IPS ???” Tanya Ina
“Habis
pak Anto sukanya marah – marah terus” jawab Nana
“iiihhh…
kamu nggak boleh gitu pak Anto kan marah – marah Karena anak – anak yang nakal”
kata Ina
“Pokoknya
aku nggak suka, aku benci IPS !!!”
“Nana,
kamu nggak boleh gitu nggak baik loh benci pelajaran semuanya itu sama, kamu
nggak boleh beda – bedakan pelajaran” kata Ina bijak
“Emangnya
kenapa, Ina ???” Tanya Nina penasaran
“Pokoknya
nggak boleh, dan ingat Na Ulangan semester naik kelas sudah hampir lo tinggal
ngitung minggu, jangan sampai gara – gara kamu benci pelajaran IPS kamu nggak
naik kelas” kata Ina menakut – nakuti Nana
“
iii… baik deh aku nggak akan benci pelajaran IPS lagi, kalau aku tinggal kelas
bisa – bisa aku di marahin papa deh” kata Nina takut
“Iya
Nina kamu jangan benci IPS Lagi deh” kata Ana yang sudah dari tadi diam
akhirnya buka mulut juga.
“Iya
deh aku janji”kata Nina dengan serius
Pulang
………………..
Pulang sekolah mereka pulang bersama –
sama naik mobil Liana yang setiap hari di antar dan jemput.
Beberapa minggu kemudian. Viana, Liana,
Riana dan teman – temannya mengikuti ulangan semester naik kelas.
Penentuan naik kelas …………
“Aku naik kelas atau tidak yah ???”
Tanya Nina
“Berdoa saja” kata Viana dan Liana
serentak
Tak lama kemudian, mereka semua di
panggil masuk ke dalam kelas untuk menerima Rapor setelah masuk kedalam kelas, wali kelasnya
membagikan Rapor masing – masing dan mengumumkan siapa saja yang masuk dalam
peringkat 5 besar. Dan ternyata Viana mendapat peringkat urutan pertama, Liana
urutan ke dua, Desi teman sekelasnya yang mendapat urutan ke tiga, Riana urutan
ke empat, Mawar teman sekelasnya pula yang mendapat peringkat urutan ke lima.
Setelah menerima Rapor, merekapun pulang.
Akhir – akhir ini kepala Viana sering
sakit. Pernah suatu ketika Viana sedang membersihkan kamarnya tiba – tiba
kepalanya sakit sekali hingga dia memberhentikan kegiatannya lalu ia ketempat
tidurnya membaringkan badannya lalu iapun terlelap, hingga siang hari barulah
dia terbangun. Namun kejadian ini tidak dia ceritakan kepada siapapun.
Masuk sekolah ……….
Di sekolah Viana bertemu dengan teman –
temannya dan ke dua sahabatnya Viana sangat bahagia dan yang lebih bahagianya
lagi ternyata dia sekelas lagi dengan kedua sahabatnya di kelas 8c (2c). Di
kelas Viana duduk berdua dengan Liana dan Riana duduk dengan teman sekelasnya
dulu Desi. Viana dan Liana duduk di bagian depan sedangkan Riana dan Desi duduk
di belakang Viana dan Liana.
Hari – hari berikutnya Viana, Liana, dan
Riana menjalani hidupnya bersama – sama kadang bahagia dan kadang pula sedih,
tapi ada sesuatu yang mengganjal pikiran Viana karena kepalanya sering sakit ia
tidak tau kenapa tapi dia juga tidak terlalu memikirkan hal itu.
Ada satu hal sangat menyenangkan bagi
Viana seorang Guru yang bernama Ibu Ratna sangat sayang pada Viana dia adalah
guru IPS, ibu Ratna juga suka dengan teman – teman Viana. Di rumahnya ibu Ratna
tinggal bersama suaminya yang bernama Pak Rahmatwijaya atau yang biasa di sapa
pak Rahmat ini seorang pengacara. Ibu Ratna tidak memiliki anak jadi di
rumahnya ia tinggal hanya berdua dengan suaminya.
Suatu hari saat hujan turun Viana
merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya begitupun dengan seisi rumahnya masing –
masing berada dalam kamarnya. Karena suhu badannya terasa amat dingin iapun
berniat ingin membuat segelas teh hangat. Viana keluar dari kamarnya dengan
sangat hati – hati karena takut nanti ada yang bangun, saat melewati kamar
orang tuanya pintunya tidak tertutup rapat ia ingin bertanya apakah ayah dan
ibunya ingin di buatkan minuman, belum sempat ia memegang pintu tiba – tiba
ayahnya berbicara.
“Apakah anak – anak sedang tidur ???”
Tanya ayahnya kepada ibunya
“Iya pa, emangnya ada apa ???” ibunya
balas bertanya
“Aku mau tanya, Viana belum tau ???”
tanya ayahnya
“Tau ??? maksudnya ???” tanya ibunya kembali
“Tentang Viana, yang bukan anak kita”
jawab ayahnya
Bagai tersambar petir di saat hujan
Viana yang terkejut duduk menangis, tangis yang tak terdengar.
“Ya belum emangnya dia mau tau dari mana
???” tanya ibunya
“Ooo… kamu masih simpan kalung itu ???”
tanya ayahnya
“Iya” jawab ibunya singkat
“Dimana ???” tanya ayahnya lagi
“Di lemari yang ada di gudang” jawab
ibunya
“Kamu kunci ???” tanya ayahnya
“nggak ! Bagaimana mau di kunci pintunya
rusak dan kuncinya hilang, ahhh… sudah deh jangan tanya – tanya aku mau tidur
capek !!!” kata ibunya
Viana mendengar semua pembincaraan
tersebut, Vianapun masuk ke kamarnya
dengan hati – hati agar tidak ada yang mengetahuinya. Iapun mengurungkan
niatnya untuk membuat segelas teh. Di dalam kamar ia menangis, tangis yang
tidak terdengar. Setelah ia menangis diapun menuju kamar mandi untuk berwudu ia
akan shalat dan kebetulan sudah masuk waktu azar, setelah shalat dia berpikir
dan memutuskan untuk mengambil kalung itu di gudang dan mencari orang tuanya,
tapi dia tidak akan memberitahu orang lain dia akan pura – pura tidak tahu
masalah ini, dan pada saat ia berpikir lagi langkah selanjutnya tiba – tiba
kepalanya terasa sakit ia mencoba merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya dan
tak lama kemudian rasa sakit di kepalanya hilang. Ia merasa aneh ada apa
sebenarnya, tapi segera melupakannya dia tidak ingin memikirkannya.
Keesokan harinya di sekolah pada saat
jam pelajaran ibu Ratna Viana hanya termenung beberapa kali ia di lirik oleh
ibu Ratna namun ia tidak merasakan hal itu Ibu Ratna hanya membiarkan Viana
termenung Ibu Ratna tau pasti ada yang di pikirkan oleh Viana. Sahabatnya pun
Liana hanya diam dia tidak berani menegur Viana karena ia tau sifat Viana kalau
ada yang di pikirkannya dia tidak boleh di ganggu dan di tanya habis nanti kita
yang akan kena marah – marah ia boleh di tanya jika sudah tenang.
Lama Viana termenung tiba – tiba
kepalanya terasa sakit ia memegang
kepalanya Liana yang melihatnya terkejut
“Ina da apa ???”tanya Ana khawatir
“Tidak apa – apa” jawabnya menahan sakit
“Tidak bagaimana mukamu pucat begitu di
bilang tidak apa – apa” kata Liana marah dan sedih
“Ana pelan – pelan nanti kedengaran ibu
Ratna” kata Viana
“Baik sebentar kita ke rumah sakit” kata
Liana
“Tidak” kata Viana menolak
“Harus !!! masalah biaya tidak usah di
pikirkan ada mamaku disana, kalau kamu tidak mau aku akan beteriak” ancam Liana
“Baiklah” jawab Viana pasrah
Pulang sekolah …………..
“Ayo naik, pak ke rumah sakit dulu ya
!!!” suruh Liana
“Iya non” jawab sopir Liana
Tiba di rumah sakit …
“Sayang kamu kenapa ???” tanya mama
Liana ketika melihat Liana
Viana menunggu di tempat duduk sambil
memperhatihan isi ruangan dan Liana menceritakan tujuannya. Tidak lama kemudian
mama Liana memanggil Viana dan mengajaknya masuk ke sebuah ruangan. Di dalam
Viana di periksa dan di ….. ahh Viana nggak tau namanya apa setelah melakukan
beberapa proses pemeriksaan pun selesai.
“Ma, hasilnya kapan diambil ???” tanya
Liana kepada ibunya
“Dua hari” jawab mama Liana
“Oh ya ma aku pulang dulu” kata Liana
pamit
“Hati – hati di jalan ya nak” pesan mama
Liana
“Iya ma” jawab Liana
“Tante aku pulang dulu dan terimakasih
atas bantuannya tante” Viana
“Iya nak hati – hati pulangnya” ucap
mama Liana
“Iya tante” jawab Viana
Mereka pun pulang …
Keesokan harinya jam sudah menunjukkan
pukul 06.20 Viana belum juga bangun dari tempat tidurnya, ia berencana tidak
akan ke sekolah ia akan mengambil kalung yang ada di gudang itu ketika mama dan
papanya berangkat kerja, adiknya ke sekolah dan bibi pergi ke pasar berbelanja.
“Viana bangun sudah pagi nak, kamu nggak
ke sekolah ???” tanya ibunya heran karena baru kali ini Viana begitu kecuali
kalau dia sedang sakit.
Karena tidak mendapat jawaban ibunya pun
masuk ke kamarnya
“Kamu nggak ke sekolah ??? atau kamu
sedang sakit ???” tanya ibunya
“Iya bu aku nggak ke sekolah hari ini
aku merasa nggak enak badan dan kepalaku terasa pusing dan sakit” jawab Viana
“Baiklah mama dan papa berangakat kerja
dulu kalau kamu butuh bantuan panggil bibi saja !!!” pesan mamanya
“Baik ma” jawab Viana singkat
Setelah semua isi rumah pergi iapun
bangun dari tempat tidurnya dan masuk kedalam gudang ia membuka lemari rusak
yang di dalam gudang, kemudian ia mencari kalung dan ……….. ketemu ia merasa
kaget kalung itu sangat indah iapun mengambilnya dan masuk ke kamarnya ….
Bibi pulang dan memasak di dapur setelah
itu iapun masuk ke kamarnya merebehkan tubuhnya yang sudah tua…
Viana menghampiri bibinya yang di
panggil bibi Inem, Viana ingin bertanya kepada bibinya tentang siapa dia dan
bagaimana cerita tentang dirinya dulu … , Vianapun masuk ke kamar bibinya,
bibinya yang berbaring langsung saja duduk …
“ehh… non Ina masuk” sapa bibinya ramah
“Ia bi, ada yang ingin saya tanyakan”
kata Ina sopan
“Apa non ???” tanya bi Inem
“Tapi bibi janji jawab yang jujur, tidak
boleh kaget, dan jangan bilang ke siapa – siapa ???” kata Viana
“Ia non pasti bibi jawab jujur, tidak
akan kaget, dan akan merahasiakannya” ucap bi Inem
“Begini bi, apakah bibi tau kalung ini
???” tanya Ina
Menunujukkan kalung yang di ambilnya di
gudang tadi, bibinya kaget dan bertanya …
“Darimana non Ina mendapatkannya ???”
tanya bibinya
“Itu… bibikan janji tidak akan keget
!!!” ucap Ina manja
“Ia non bibi tau, apakah non sudah tau
semuanya ???” kata bibinya balas bertanya
“Aku tau, tapi belum semuanya, aku mohon
bi tolong ceritakan semuanya bagaimana kejadian ini bisa terjadi !!!” pinta
Viana
“Baiklah non, mungkin ini sudah saatnya
non tau, waktu itu sudah dua tahun Tuan dan Nyonya menikah tapi mereka tidak
mempunyai anak, dokter juga bilang bahwa mereka tidak akan punya anak, akhirnya
merekapun memutuskan untuk mengadopsi anak, keesokan harinya mereka ke panti
asuhan bibi juga ikut ketika sampai disana tuan berbicara dengan kepala panti
Nyonya dan bibi menunggu, setelah beberapa lama tuan berbicara dengan kepala
panti, kami memilih non karena waktu itu non Ina masih bayi kata kepala panti non Ina baru datang tadi
malam di bawa sama Ibu dan Papa non Ina kata kepala panti juga kedua orang tua
non Ina orangnya sibuk, pada saat non berumur 3 tahun Nyonya hamil itulah non Tia dan ketika
non Tia berumur berumur dua tahun Ibu hamil lagi itulah non Nia. Begitu
ceritanya non” kata bibinya
“Terima kasih bi, bibi janji ya bibi
tidak akan cerita ke siapapun sampai aku menemukan orang tuaku !!!” piƱata
Viana lagi
“Ia non bibi janji” jawab bibi Inem
Vianapun keluar dari kamar bibi Inem dan
kembali masuk ke kamarnya sendiri jam sudah menunjukkan pukul 11.30 WITA.
Keesokan harinya setelah pulang sekolah
Viana dan Liana ke rumah sakit mengambil hasil pemeriksaan. Setelah sampai di
sana Ibu Liana yang pada awalnya melihat hasilnya terkejut, saat memberi memberi
tahu hasilnya, Viana dan Liana yang mendengernya terkejut. Viana sangat
sedih iapun menangis Liana sahabatnya menghiburnya. Ternyata Viana menderita
penyakit kanker otak.
“Tante aku mohon jangan beri tahu ke
siapapun hal ini” pinta Viana sambil menangis
“Mengapa Viana penyakit ini sangat
serius ???” tanya Ibu Liana
“Aku tidak mau menyusahkan kedua orang
tuaku biar bagaimanapun penyakit ini tidak ada obatnya kalau orang tuaku tau
aku takut ini akan menyusahkannya dan menjadi beban pikirannya, biarlah aku
saja yang menanggungnya, aku mohon tante !!!” pinta Viana lagi
“Baiklah kalau itu mau kamu, tapi kamu
harus selalu datang untuk chek up, masalah biaya kamu tidak usah pikirkan” kata
Ibu Liana
“Terima kasih tante” kata Viana
Merekapun pulang ….. semenjak naik kelas
8 Viana, Liana dan Riana sering ke rumah gurunya yaitu ibu Ratna jadwal mereka
setiap hari Senin, Rabu dan Sabtu. Suatu hari ibu Ratna jatuh sakit karena
tidak ada yang mengurusnya Viana meminta izin kapada orang tua angkatnya untuk
menginap di rumah ibu Ratna dan kedua orang tuanya mengisinkan. Viana sangat
sayang kepada ibu Ratna maka ia mengurus ibu Ratna dengan penuh kasih sayang.
Saat Viana menyuapi makan gurunya itu, Ibu Ratna berkata
“Viana terima kasih nak, kamu sangat baik pada ibu” kata ibu
Ratna
“Sama – sama bu Viana juga senang bisa
merawat ibu, sudahlah bu berhenti ceritanya makan dulu” kata viana
Selama satu minggu Viana tinggal di
rumah bu Ratna untuk merawatnya, dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar Viana
merawat akhirnya ibu Ratna sembuh. Ibu Ratna sangat berterima kasih kepada
Viana yang bersedia merawatnya selama sakit.
Beberapa bulan kemudian … Libur semester
satu
Di hari minggu Viana dan kedua
sahabatnya pergi ke suatu desa yang ada di daerah pegunungan nama desa itu
adalah Loka dengan mengendarai mobil milik Liana … di sana mereka menikmati
pemandangan alam yang sangat indah …
“Maha Agung Allah swt. pencipta alam
semesta” kata – kata itu meluncur di bibir Viana dan teman – temannya mengiakan
“Ehhh… aku punya ide nih, bagaimana
kalau kita mengucapkan keinginan kita kepada alam yang indah semoga Tuhan
mengabulkannya” usul Riana
“Ok … aku setuju yang duluan siapa ???”
tanya Liana
“Kamu aja yang duluan Nana, kamu
mengucapkan kami juga mendengarkannya dan yang terakhir aku” kata Viana.
“Baiklah, Tuhan aku mohon panjangkanlah
umurku hingga aku mencapai cita – citaku dan pertemukan aku dengan Randi
Pangalila” kata Riana bersemangat
“Ahhh …. Kamu Nana mentang – mentang
ngevens sama Randi” kata Viana dan Liana serentak
“Ya Allah … berikan aku dan Viana hidup
yang panjang izinkan kami selalu bersama berilah kekuatan dan ketabahan kepada
sahabatku Viana dalam menghadapi cobaan yang engkau berikan kepadanya ya Allah
kabulkanlah do’a ku hanya ini yang ku minta kepadamu” kata Liana dengan
bercucur air mata Viana yang mendengarnya pun menangis
“Ada apa sebenarnya ???” tanya Riana
heran melihat kedua sahabatnya menangis
“Viana menderita penyakit kanker otak”
jawab Liana
“Sudahlah sekarang giliranku, Ya Allah
Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang aku memohon kepadamu sebelum aku
meninggal meninggalkan dunia fana ini aku mohon pertemukan aku dengan orang
tuaku yang sebenarnya meskipun mungkin orang tuaku yang sesungguhnya tidak
menginginkanku, tidak mencariku, tidak menginginkan kehadiranku, aku mohon ya
Allah aku hanya ingin melihat orang tuaku yang sebenarnya. Ya Allah Yang Maha
Pengampun, ampunilah dosa – dosa yang selama ini ku perbuat selama engkau
memberikan aku kesempatan merasakan hidup di dunia fana yang bisa membuat orang
lupa akan tujuan hidupnya, melupakan janji yang di ucapkannya kepadamu,
melupakan engkau yang menciptakannya, melupakan bahwa dia hanya sementara,
melupakan segalanya ” kata Viana
bercucurkan air mata
“Maksud kamu apa Viana ???” tanya Liana
dan Riana heran
“Aku bukan anak papa Mahmud dan mama
Lina” jawab Viana sedih
“Bagaimana ceritanya ??? Bagaimana semua
itu bisa terjadi” kata Liana setengah berteriak dan menangis
Viana menceritakan semuanya mulai dari
bagaimana dia bisa mengetahuinya, mengambil kalung, dan yang di ceritakan bi
Inem kepadanya. Kedua sahabatnya bersedia membantunya mencari orang tuanya yang
sebenarnya …
Masuk sekolah …..
Ya masuk sekolah hal sangat menyenangkan
bagi Viana dan kedua sahabatnya ya entah karena apa, padahal anak – anak yang
lain paling benci sekolah lebih suka libur … kalau Viana pernah bilang kepada
teman – temannya
“Kenapa harus bosan sekolah !!! di
sekolah kan bertemu dengan teman – teman yang menyenangkan, mendapat ilmu,
kalau nggak mau bosan anggap saja sekolah itu sebagai permainan yang menantang
kita. Seharusnya kita itu bersyukur bisa sekolah nggak seperti anak – anak
jalanan yang ingin sekolah tapi nggak bisa tidak ada biayanya yang kerjanya
setiap hari hanya mencari uang, untung – untung kalau mereka bisa makan dan
pintar membaca kalau tidak kan kasihan” itulah yang di ucapkan Viana ketika Liana
murung karena sudah masuk sekolah.
Beberapa bulan kemudian …
Sekarang penyakit Viana semakin parah
hingga dia di fonis dokter menderita penyakit kanker otak stadium akhir. Suatu
hari ketika Viana dan sahabatnya sedang berjalan bersama ingin menuju kantin
tiba – tiba kepala Viana sakit dan
iapun terjatuh (pingsan) Liana dan Riana langsung saja berteriak Viana dibawa
ke UKS dan tak lama kemudian ibu Ratna datang …
“Liana, Riana, Viana kenapa ???” tanya
bu Ratna cemas
“Viana pingsan sewaktu kami akan ke
kantin” jawab Riana dengan suara yang parau karena menangis, Liana tak bisa
menjawab karena menangis terus
“Sekarang jawab ibu dengan jujur ada apa
sebenarnya apa yang terjadi dengan Viana ??? tanya bu Ratna
“Tapi ibu jangan marah, sebenarnya Viana
menderita penyakit kanker otak stadium akhir” Jawab Liana sambil menangis
“Kenapa kalian baru bilang !!! Apakah
orang tuanya tau ???” tanya gurunya lagi
“Tidak bu itu keinginan Viana” jawab
Riana
“Mengapa dia tidak memberi tau orang
tuanya ??? baiklah sekarang kita bawa Viana ke rumah sakit” kata bu Ratna yang
sayang pada Viana
“Tidak usah bu hidupku sudah tidak lama
lagi izinkan aku pergi tapi sebelumnya aku ingin bicara dengan Liana” kata
Viana
Viana melepas kalung yang ada di lehernya
dan meletakkannya di telapak tangan Liana
“Aku mohon Ana bantu aku cari orang
tuaku, meskipun aku ada di alam yang berbeda denganmu jika kamu mendapatkan
orang tuaku aku akan sangat behagia sekali, ini adalah kalung satu – satunya
cara menemukan orang tuaku aku mohon cari orang tuaku” pinta Viana
“Tentu saja aku akan mencari orang
tuamu, aku janji” kata Liana
“kalung itu???!!!” kata bu Ratna
“Ada apa dengan kalung ini bu ???” tanya
Liana
Ibu Ratna memeluk Viana
“Viana maafkan ibu sayang, beratahun –
tahun ibu mencarimu maafkan ibu yang telah menelantarkanmu ibu salah maafkan
ibu sayang” kata ibu Ratna
“Iya bu Viana sudah mamaafkan ibu,
sekarang ibu jangan nangis lagi” kata Viana
“Sekarang kamu harus kerumah sakit” kata
bu Ratna
“Tidak usah bu penyakitku sudah terlalu
parah” kata Viana menolak
“Tidak sayang harus” kata bu Ratna
memaksa
Viana
di bawa ke rumah sakit. Sesampai di rumah sakit ia langsung di masukkan ke
dalam ruangan …
Semua
menginginkan Viana tertolong namun Tuhan berkehendak lain Viana telah pergi …
Ibu Ratna tidak dapat menahan tangisnya dan langsung memeluk anaknya …
“Mengapa
kamu pergi secepat ini di saat aku baru menemukanmu sayang” kata ibu Ratna
menangis …
Semua
sahabatnya juga menangis ….
Itulah
seorang manusia, di lahirkan dalam keadaan menangis sedangkan orang di
sekitarnya tersenyum penuh kebahagiaan dan dikala seorang manusia meninggal ia tersenyum karena ia kembali kepada
penciptanya, namun orang di sekitarnya
menangisinya.
Cat : Cerpen yang pertama kali ku buat kelas 2 SMP. :D Jadi gitu deh, amburadul gitu. :D
~ Ozoga ~
