Aku dengan caraku, karena aku berbeda. :)

Senin, 24 November 2014

Pertemukan Aku Tuhan

Pertemukan Aku Tuhan

“Hi selamat pagi” kata Viana dengan riang, setiba di sekolah
“Hi Ina”balas sahabatnya Liana
“Ehhh… Ana kamu sudah baikan” Tanya Viana.
Liana baru saja sakit entah sakit apa ???
“sudah ina, cuma demam biasa kok !!!”jawab Liana
“Ooo…” kata Vina
Tidak lama kemudian salah seorang sahabatnya lagi datang
“Hi Ina, Ana. Selamat pagi” sapa Riana  dengan riang
“Hi Nana” jawab Viana dan Liana serentak
Mereka pun masuk kelas dan kebetulan mereka bertiga satu kelas juga.
Viana, Liana dan Rina bersahabat sejak kelas 1 SMP (Sekolah Menengah Pertama). Awalnya mereka sudah kenal sejak pendaftaran waktu itu Liana salah cara pengisian formulirnya dan kebetulan Viana benar, Ayah Liana kemudian bertanya kepada Viana di situlah mereka berkenalan. Dan pada saat MOS (Masa orientasi Siswa) ternyata mereka satu ruangan lagi, hingga penetapan kelas mereka juga sama di kelas 7A (1a) merekapun duduk bersama. Dan mereka bersahabat dengan Riana ketika masuk kelas 7A.
Alvianata Lailina  atau yang biasa di sapa Viana seorang gadis lugu, Pintar, Rajin, Baik, Jujur, Cedas, Ramah, Sopan, dan Penyabar. Ia adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Kedua adiknya perumpuan, adiknya yang pertama bernama Artianti Lailina atau yang biasa di sapa Tia sekarang duduk  di kelas 5 SD, dan adiknya yang kedua bernama Arnianti Lailina atau yang biasa di sapa Nia sekarang duduk di kelas 3 SD. Di antara tiga bersaudara Vianalah yang paling pintar, yah memang yang lain juga pintar tapi tidak melebihi kecerdasan yang di miliki Vina. Ayah mereka bernama Abdul Mahmud yang biasa di sapa pak Mahmud ini bekerja sebagai guru di suatu SMP di Kabupaten Bantaeng dan Ibunya bernama Lailina Saputri  atau yang biasa di sapa Ibu Lina bekerja sebagai pegawai  kantor Perpajakan.

Lianata Andriana atau yang biasa di sapa Liana seorang gadis pintar sama dengan sahabatnya, baik, Jujur, Sopan, dan pemurah. Ia adalah anak orang kaya, namun kekeyaan yang di milikinya tidak membuatnya sombong malah dia sangatlah baik dan pemurah dia selalu membantu orang membutuhkan pertolongannya. Liana adalah anak semata wayang dari  pasangan  Abdul Hanif atau yang biasa di sapa pak Hanif dia adalah seorang anggota DPR dan Ibunya bernama Sherin Andriana atau yang biasa disapa Ibu Rina adalah seorang Dokter.
Riana Budiawan atau yang biasa di sapa Riana seorang  gadis yang pintar, baik, ramah, sopan, dan rajin. Riana adalah putri semata wayang dari pasangan Budiawan dan Ibu Karisma. Ayah Riana bkerja di kantor Pertanahan  dan ibunya seorang guru di sebuah Sekolah menengah Pertama yang berada di Kabupaten Bantaeng.
Viana biasa di sapa oleh kedua sahabatnya dengan panggilan Ina. Kemudian Liana dengan panggilan Ana. Sedangkan Riana dengan panggilan Nana. Mereka bertiga bersekolah di SMP Negeri 1 Bantaeng yang merupakan sekolah unggulan yang ada di kabupaten Bantaeng.
 Bell istirahat sekeloh ….
“Ina, Ana. Istirahat yuk lelah ini” kata Nana
“lelah bagaimana maksudmu, Na ???” Tanya Ana heran
“Aduuuhhh Ana bagaimana sih masa kamu nggak tau ??? Tanya Ina
“Aduh aku nggak tau, Ina !!!’ jawab Ana poloss
“Biasa Ana,  pelajaran IPS” jawab Ina
“Ooo… yang itu,  aku kira ada yang lain”kata
 Yah itulah Riana ia tidak menyukai pelajaran IPS entah karena apa ???
“Nana, kenapa sih kamu nggak suka pelajaran IPS ???” Tanya Ina
“Habis pak Anto sukanya marah – marah terus” jawab Nana
“iiihhh… kamu nggak boleh gitu pak Anto kan marah – marah Karena anak – anak yang nakal” kata Ina
“Pokoknya aku nggak suka, aku benci IPS !!!”
“Nana, kamu nggak boleh gitu nggak baik loh benci pelajaran semuanya itu sama, kamu nggak boleh beda – bedakan pelajaran” kata Ina bijak
“Emangnya kenapa, Ina ???” Tanya Nina penasaran
“Pokoknya nggak boleh, dan ingat Na Ulangan semester naik kelas sudah hampir lo tinggal ngitung minggu, jangan sampai gara – gara kamu benci pelajaran IPS kamu nggak naik kelas” kata Ina menakut – nakuti Nana
“ iii… baik deh aku nggak akan benci pelajaran IPS lagi, kalau aku tinggal kelas bisa – bisa aku di marahin papa deh” kata Nina takut
“Iya Nina kamu jangan benci IPS Lagi deh” kata Ana yang sudah dari tadi diam akhirnya buka mulut juga.
“Iya deh aku janji”kata Nina dengan serius
Pulang ………………..
Pulang sekolah mereka pulang bersama – sama naik mobil Liana yang setiap hari di antar dan jemput.
Beberapa minggu kemudian. Viana, Liana, Riana dan teman – temannya mengikuti ulangan semester naik kelas.
Penentuan naik kelas  …………
“Aku naik kelas atau tidak yah ???” Tanya Nina
“Berdoa saja” kata Viana dan Liana serentak
Tak lama kemudian, mereka semua di panggil masuk ke dalam kelas untuk menerima Rapor  setelah masuk kedalam kelas, wali kelasnya membagikan Rapor masing – masing dan mengumumkan siapa saja yang masuk dalam peringkat 5 besar. Dan ternyata Viana mendapat peringkat urutan pertama, Liana urutan ke dua, Desi teman sekelasnya yang mendapat urutan ke tiga, Riana urutan ke empat, Mawar teman sekelasnya pula yang mendapat peringkat urutan ke lima.
Setelah menerima Rapor, merekapun pulang.
Akhir – akhir ini kepala Viana sering sakit. Pernah suatu ketika Viana sedang membersihkan kamarnya tiba – tiba kepalanya sakit sekali hingga dia memberhentikan kegiatannya lalu ia ketempat tidurnya membaringkan badannya lalu iapun terlelap, hingga siang hari barulah dia terbangun. Namun kejadian ini tidak dia ceritakan kepada siapapun.
Masuk sekolah ……….
Di sekolah Viana bertemu dengan teman – temannya dan ke dua sahabatnya Viana sangat bahagia dan yang lebih bahagianya lagi ternyata dia sekelas lagi dengan kedua sahabatnya di kelas 8c (2c). Di kelas Viana duduk berdua dengan Liana dan Riana duduk dengan teman sekelasnya dulu Desi. Viana dan Liana duduk di bagian depan sedangkan Riana dan Desi duduk di belakang Viana dan Liana.
Hari – hari berikutnya Viana, Liana, dan Riana menjalani hidupnya bersama – sama kadang bahagia dan kadang pula sedih, tapi ada sesuatu yang mengganjal pikiran Viana karena kepalanya sering sakit ia tidak tau kenapa tapi dia juga tidak terlalu memikirkan hal itu.
Ada satu hal sangat menyenangkan bagi Viana seorang Guru yang bernama Ibu Ratna sangat sayang pada Viana dia adalah guru IPS, ibu Ratna juga suka dengan teman – teman Viana. Di rumahnya ibu Ratna tinggal bersama suaminya yang bernama Pak Rahmatwijaya atau yang biasa di sapa pak Rahmat ini seorang pengacara. Ibu Ratna tidak memiliki anak jadi di rumahnya ia tinggal hanya berdua dengan suaminya.
Suatu hari saat hujan turun Viana merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya begitupun dengan seisi rumahnya masing – masing berada dalam kamarnya. Karena suhu badannya terasa amat dingin iapun berniat ingin membuat segelas teh hangat. Viana keluar dari kamarnya dengan sangat hati – hati karena takut nanti ada yang bangun, saat melewati kamar orang tuanya pintunya tidak tertutup rapat ia ingin bertanya apakah ayah dan ibunya ingin di buatkan minuman, belum sempat ia memegang pintu tiba – tiba ayahnya berbicara.
“Apakah anak – anak sedang tidur ???” Tanya ayahnya kepada ibunya
“Iya pa, emangnya ada apa ???” ibunya balas bertanya
“Aku mau tanya, Viana belum tau ???” tanya ayahnya
“Tau ???  maksudnya ???” tanya ibunya kembali
“Tentang Viana, yang bukan anak kita” jawab ayahnya
Bagai tersambar petir di saat hujan Viana yang terkejut duduk menangis, tangis yang tak terdengar.
“Ya belum emangnya dia mau tau dari mana ???” tanya ibunya
“Ooo… kamu masih simpan kalung itu ???” tanya ayahnya
“Iya” jawab ibunya singkat
“Dimana ???” tanya ayahnya lagi
“Di lemari yang ada di gudang” jawab ibunya
“Kamu kunci ???” tanya ayahnya
“nggak ! Bagaimana mau di kunci pintunya rusak dan kuncinya hilang, ahhh… sudah deh jangan tanya – tanya aku mau tidur capek !!!” kata ibunya
Viana mendengar semua pembincaraan tersebut, Vianapun  masuk ke kamarnya dengan hati – hati agar tidak ada yang mengetahuinya. Iapun mengurungkan niatnya untuk membuat segelas teh. Di dalam kamar ia menangis, tangis yang tidak terdengar. Setelah ia menangis diapun menuju kamar mandi untuk berwudu ia akan shalat dan kebetulan sudah masuk waktu azar, setelah shalat dia berpikir dan memutuskan untuk mengambil kalung itu di gudang dan mencari orang tuanya, tapi dia tidak akan memberitahu orang lain dia akan pura – pura tidak tahu masalah ini, dan pada saat ia berpikir lagi langkah selanjutnya tiba – tiba kepalanya terasa sakit ia mencoba merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya dan tak lama kemudian rasa sakit di kepalanya hilang. Ia merasa aneh ada apa sebenarnya, tapi segera melupakannya dia tidak ingin memikirkannya.
Keesokan harinya di sekolah pada saat jam pelajaran ibu Ratna Viana hanya termenung beberapa kali ia di lirik oleh ibu Ratna namun ia tidak merasakan hal itu Ibu Ratna hanya membiarkan Viana termenung Ibu Ratna tau pasti ada yang di pikirkan oleh Viana. Sahabatnya pun Liana hanya diam dia tidak berani menegur Viana karena ia tau sifat Viana kalau ada yang di pikirkannya dia tidak boleh di ganggu dan di tanya habis nanti kita yang akan kena marah – marah ia boleh di tanya jika sudah tenang.
Lama Viana termenung tiba – tiba kepalanya  terasa sakit ia memegang kepalanya Liana yang melihatnya terkejut
“Ina da apa ???”tanya Ana khawatir
“Tidak apa – apa” jawabnya menahan sakit
“Tidak bagaimana mukamu pucat begitu di bilang tidak apa – apa” kata Liana marah dan sedih
“Ana pelan – pelan nanti kedengaran ibu Ratna” kata Viana
“Baik sebentar kita ke rumah sakit” kata Liana
“Tidak” kata Viana menolak
“Harus !!! masalah biaya tidak usah di pikirkan ada mamaku disana, kalau kamu tidak mau aku akan beteriak” ancam Liana
“Baiklah” jawab Viana pasrah
Pulang sekolah …………..
“Ayo naik, pak ke rumah sakit dulu ya !!!” suruh Liana
“Iya non” jawab sopir Liana
Tiba di rumah sakit …
“Sayang kamu kenapa ???” tanya mama Liana ketika melihat Liana
Viana menunggu di tempat duduk sambil memperhatihan isi ruangan dan Liana menceritakan tujuannya. Tidak lama kemudian mama Liana memanggil Viana dan mengajaknya masuk ke sebuah ruangan. Di dalam Viana di periksa dan di ….. ahh Viana nggak tau namanya apa setelah melakukan beberapa proses pemeriksaan pun selesai.
“Ma, hasilnya kapan diambil ???” tanya Liana kepada ibunya
“Dua hari” jawab mama Liana
“Oh ya ma aku pulang dulu” kata Liana pamit
“Hati – hati di jalan ya nak” pesan mama Liana
“Iya ma” jawab Liana
“Tante aku pulang dulu dan terimakasih atas bantuannya tante” Viana
“Iya nak hati – hati pulangnya” ucap mama Liana
“Iya tante” jawab Viana
Mereka pun pulang …
Keesokan harinya jam sudah menunjukkan pukul 06.20 Viana belum juga bangun dari tempat tidurnya, ia berencana tidak akan ke sekolah ia akan mengambil kalung yang ada di gudang itu ketika mama dan papanya berangkat kerja, adiknya ke sekolah dan bibi pergi ke pasar berbelanja.
“Viana bangun sudah pagi nak, kamu nggak ke sekolah ???” tanya ibunya heran karena baru kali ini Viana begitu kecuali kalau dia sedang sakit.
Karena tidak mendapat jawaban ibunya pun masuk ke kamarnya
“Kamu nggak ke sekolah ??? atau kamu sedang sakit ???” tanya ibunya
“Iya bu aku nggak ke sekolah hari ini aku merasa nggak enak badan dan kepalaku terasa pusing dan sakit” jawab Viana
“Baiklah mama dan papa berangakat kerja dulu kalau kamu butuh bantuan panggil bibi saja !!!” pesan mamanya
“Baik ma” jawab Viana singkat
Setelah semua isi rumah pergi iapun bangun dari tempat tidurnya dan masuk kedalam gudang ia membuka lemari rusak yang di dalam gudang, kemudian ia mencari kalung dan ……….. ketemu ia merasa kaget kalung itu sangat indah iapun mengambilnya dan masuk ke kamarnya ….
Bibi pulang dan memasak di dapur setelah itu iapun masuk ke kamarnya merebehkan tubuhnya yang sudah tua…
Viana menghampiri bibinya yang di panggil bibi Inem, Viana ingin bertanya kepada bibinya tentang siapa dia dan bagaimana cerita tentang dirinya dulu … , Vianapun masuk ke kamar bibinya, bibinya yang berbaring langsung saja duduk …
“ehh… non Ina masuk” sapa bibinya ramah
“Ia bi, ada yang ingin saya tanyakan” kata Ina sopan
“Apa non ???” tanya bi Inem
“Tapi bibi janji jawab yang jujur, tidak boleh kaget, dan jangan bilang ke siapa – siapa ???” kata Viana
“Ia non pasti bibi jawab jujur, tidak akan kaget, dan akan merahasiakannya” ucap bi Inem
“Begini bi, apakah bibi tau kalung ini ???” tanya Ina
Menunujukkan kalung yang di ambilnya di gudang tadi, bibinya kaget dan bertanya …
“Darimana non Ina mendapatkannya ???” tanya bibinya
“Itu… bibikan janji tidak akan keget !!!” ucap Ina manja
“Ia non bibi tau, apakah non sudah tau semuanya ???” kata bibinya balas bertanya
“Aku tau, tapi belum semuanya, aku mohon bi tolong ceritakan semuanya bagaimana kejadian ini bisa terjadi !!!” pinta Viana
“Baiklah non, mungkin ini sudah saatnya non tau, waktu itu sudah dua tahun Tuan dan Nyonya menikah tapi mereka tidak mempunyai anak, dokter juga bilang bahwa mereka tidak akan punya anak, akhirnya merekapun memutuskan untuk mengadopsi anak, keesokan harinya mereka ke panti asuhan bibi juga ikut ketika sampai disana tuan berbicara dengan kepala panti Nyonya dan bibi menunggu, setelah beberapa lama tuan berbicara dengan kepala panti, kami memilih non karena waktu itu non Ina masih bayi  kata kepala panti non Ina baru datang tadi malam di bawa sama Ibu dan Papa non Ina kata kepala panti juga kedua orang tua non Ina orangnya sibuk, pada saat non berumur 3  tahun Nyonya hamil itulah non Tia dan ketika non Tia berumur berumur dua tahun Ibu hamil lagi itulah non Nia. Begitu ceritanya non” kata bibinya
“Terima kasih bi, bibi janji ya bibi tidak akan cerita ke siapapun sampai aku menemukan orang tuaku !!!” piƱata Viana lagi
“Ia non bibi janji” jawab bibi Inem
Vianapun keluar dari kamar bibi Inem dan kembali masuk ke kamarnya sendiri jam sudah menunjukkan pukul 11.30 WITA.
Keesokan harinya setelah pulang sekolah Viana dan Liana ke rumah sakit mengambil hasil pemeriksaan. Setelah sampai di sana Ibu Liana yang pada awalnya melihat hasilnya terkejut, saat memberi  memberi  tahu hasilnya, Viana dan Liana yang mendengernya terkejut. Viana sangat sedih iapun menangis Liana sahabatnya menghiburnya. Ternyata Viana menderita penyakit kanker otak.
“Tante aku mohon jangan beri tahu ke siapapun hal ini” pinta Viana sambil menangis
“Mengapa Viana penyakit ini sangat serius ???” tanya Ibu Liana
“Aku tidak mau menyusahkan kedua orang tuaku biar bagaimanapun penyakit ini tidak ada obatnya kalau orang tuaku tau aku takut ini akan menyusahkannya dan menjadi beban pikirannya, biarlah aku saja yang menanggungnya, aku mohon tante !!!” pinta Viana lagi
“Baiklah kalau itu mau kamu, tapi kamu harus selalu datang untuk chek up, masalah biaya kamu tidak usah pikirkan” kata Ibu Liana
“Terima kasih tante” kata Viana
Merekapun pulang ….. semenjak naik kelas 8 Viana, Liana dan Riana sering ke rumah gurunya yaitu ibu Ratna jadwal mereka setiap hari Senin, Rabu dan Sabtu. Suatu hari ibu Ratna jatuh sakit karena tidak ada yang mengurusnya Viana meminta izin kapada orang tua angkatnya untuk menginap di rumah ibu Ratna dan kedua orang tuanya mengisinkan. Viana sangat sayang kepada ibu Ratna maka ia mengurus ibu Ratna dengan penuh kasih sayang. Saat Viana menyuapi makan gurunya itu, Ibu Ratna berkata
“Viana terima kasih  nak, kamu sangat baik pada ibu” kata ibu Ratna
“Sama – sama bu Viana juga senang bisa merawat ibu, sudahlah bu berhenti ceritanya makan dulu” kata viana
Selama satu minggu Viana tinggal di rumah bu Ratna untuk merawatnya, dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar Viana merawat akhirnya ibu Ratna sembuh. Ibu Ratna sangat berterima kasih kepada Viana yang bersedia merawatnya selama sakit.
Beberapa bulan kemudian … Libur semester satu
Di hari minggu Viana dan kedua sahabatnya pergi ke suatu desa yang ada di daerah pegunungan nama desa itu adalah Loka dengan mengendarai mobil milik Liana … di sana mereka menikmati pemandangan alam yang sangat indah …
“Maha Agung Allah swt. pencipta alam semesta” kata – kata itu meluncur di bibir Viana dan teman – temannya mengiakan
“Ehhh… aku punya ide nih, bagaimana kalau kita mengucapkan keinginan kita kepada alam yang indah semoga Tuhan mengabulkannya” usul Riana
“Ok … aku setuju yang duluan siapa ???” tanya Liana
“Kamu aja yang duluan Nana, kamu mengucapkan kami juga mendengarkannya dan yang terakhir aku” kata Viana.
“Baiklah, Tuhan aku mohon panjangkanlah umurku hingga aku mencapai cita – citaku dan pertemukan aku dengan Randi Pangalila” kata Riana bersemangat
“Ahhh …. Kamu Nana mentang – mentang ngevens sama Randi” kata Viana dan Liana serentak
“Ya Allah … berikan aku dan Viana hidup yang panjang izinkan kami selalu bersama berilah kekuatan dan ketabahan kepada sahabatku Viana dalam menghadapi cobaan yang engkau berikan kepadanya ya Allah kabulkanlah do’a ku hanya ini yang ku minta kepadamu” kata Liana dengan bercucur air mata Viana yang mendengarnya pun menangis
“Ada apa sebenarnya ???” tanya Riana heran melihat kedua sahabatnya menangis
“Viana menderita penyakit kanker otak” jawab Liana
“Sudahlah sekarang giliranku, Ya Allah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang aku memohon kepadamu sebelum aku meninggal meninggalkan dunia fana ini aku mohon pertemukan aku dengan orang tuaku yang sebenarnya meskipun mungkin orang tuaku yang sesungguhnya tidak menginginkanku, tidak mencariku, tidak menginginkan kehadiranku, aku mohon ya Allah aku hanya ingin melihat orang tuaku yang sebenarnya. Ya Allah Yang Maha Pengampun, ampunilah dosa – dosa yang selama ini ku perbuat selama engkau memberikan aku kesempatan merasakan hidup di dunia fana yang bisa membuat orang lupa akan tujuan hidupnya, melupakan janji yang di ucapkannya kepadamu, melupakan engkau yang menciptakannya, melupakan bahwa dia hanya sementara, melupakan segalanya  ” kata Viana bercucurkan air mata
“Maksud kamu apa Viana ???” tanya Liana dan Riana  heran
“Aku bukan anak papa Mahmud dan mama Lina” jawab Viana sedih
“Bagaimana ceritanya ??? Bagaimana semua itu bisa terjadi” kata Liana setengah berteriak dan menangis
Viana menceritakan semuanya mulai dari bagaimana dia bisa mengetahuinya, mengambil kalung, dan yang di ceritakan bi Inem kepadanya. Kedua sahabatnya bersedia membantunya mencari orang tuanya yang sebenarnya  …
Masuk sekolah …..
Ya masuk sekolah hal sangat menyenangkan bagi Viana dan kedua sahabatnya ya entah karena apa, padahal anak – anak yang lain paling benci sekolah lebih suka libur … kalau Viana pernah bilang kepada teman – temannya
“Kenapa harus bosan sekolah !!! di sekolah kan bertemu dengan teman – teman yang menyenangkan, mendapat ilmu, kalau nggak mau bosan anggap saja sekolah itu sebagai permainan yang menantang kita. Seharusnya kita itu bersyukur bisa sekolah nggak seperti anak – anak jalanan yang ingin sekolah tapi nggak bisa tidak ada biayanya yang kerjanya setiap hari hanya mencari uang, untung – untung kalau mereka bisa makan dan pintar membaca kalau tidak kan kasihan” itulah yang di ucapkan Viana ketika Liana murung karena       sudah masuk sekolah.
Beberapa bulan kemudian …
Sekarang penyakit Viana semakin parah hingga dia di fonis dokter menderita penyakit kanker otak stadium akhir. Suatu hari ketika Viana dan sahabatnya sedang berjalan bersama ingin menuju kantin tiba – tiba kepala Viana   sakit dan iapun terjatuh (pingsan) Liana dan Riana langsung saja berteriak Viana dibawa ke UKS dan tak lama kemudian ibu Ratna datang …
“Liana, Riana, Viana kenapa ???” tanya bu Ratna cemas
“Viana pingsan sewaktu kami akan ke kantin” jawab Riana dengan suara yang parau karena menangis, Liana tak bisa menjawab karena menangis terus
“Sekarang jawab ibu dengan jujur ada apa sebenarnya apa yang terjadi dengan Viana ??? tanya bu Ratna
“Tapi ibu jangan marah, sebenarnya Viana menderita penyakit kanker otak stadium akhir” Jawab Liana sambil menangis
“Kenapa kalian baru bilang !!! Apakah orang tuanya tau ???” tanya gurunya lagi
“Tidak bu itu keinginan Viana” jawab Riana
“Mengapa dia tidak memberi tau orang tuanya ??? baiklah sekarang kita bawa Viana ke rumah sakit” kata bu Ratna yang sayang pada Viana
“Tidak usah bu hidupku sudah tidak lama lagi izinkan aku pergi tapi sebelumnya aku ingin bicara dengan Liana” kata Viana
Viana melepas kalung yang ada di lehernya dan meletakkannya di telapak tangan Liana
“Aku mohon Ana bantu aku cari orang tuaku, meskipun aku ada di alam yang berbeda denganmu jika kamu mendapatkan orang tuaku aku akan sangat behagia sekali, ini adalah kalung satu – satunya cara menemukan orang tuaku aku mohon cari orang tuaku” pinta Viana
“Tentu saja aku akan mencari orang tuamu, aku janji” kata Liana
“kalung itu???!!!” kata bu Ratna
“Ada apa dengan kalung ini bu ???” tanya Liana
Ibu Ratna memeluk Viana
“Viana maafkan ibu sayang, beratahun – tahun ibu mencarimu maafkan ibu yang telah menelantarkanmu ibu salah maafkan ibu sayang” kata ibu Ratna
“Iya bu Viana sudah mamaafkan ibu, sekarang ibu jangan nangis lagi” kata Viana
“Sekarang kamu harus kerumah sakit” kata bu Ratna
“Tidak usah bu penyakitku sudah terlalu parah” kata Viana menolak
“Tidak sayang harus” kata bu Ratna memaksa
Viana di bawa ke rumah sakit. Sesampai di rumah sakit ia langsung di masukkan ke dalam ruangan …
Semua menginginkan Viana tertolong namun Tuhan berkehendak lain Viana telah pergi … Ibu Ratna tidak dapat menahan tangisnya dan langsung memeluk anaknya …
“Mengapa kamu pergi secepat ini di saat aku baru menemukanmu sayang” kata ibu Ratna menangis …
Semua sahabatnya juga menangis ….
Itulah seorang manusia, di lahirkan dalam keadaan menangis sedangkan orang di sekitarnya tersenyum penuh kebahagiaan dan dikala seorang manusia meninggal ia  tersenyum karena ia kembali kepada penciptanya, namun  orang di sekitarnya menangisinya.

Cat : Cerpen yang pertama kali ku buat kelas 2 SMP. :D Jadi gitu deh, amburadul gitu. :D

~ Ozoga ~




Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar